Minggu, 30 Oktober 2016

Kamu Tidak Pernah Salah

Aku tidak tau harus bagaimana memulainya. Aku merasa harus menulis ini setelah membaca tulisan-tulisan di blog-mu. Awalnya aku ragu membacanya karena kupikir tulisan itu bukan untukku. Aku merasa yakin saat membaca tulisanmu yang terakhir dan dipos tepat dihari ulang tahunku. Maafkan aku yang telah membacanya tetapi tetap saja berpura-pura.

Aku memang tidak sehebat kamu dalam merangkai kata-kata. Aku hanya seorang pria yang kau tau sangat jutek, dingin, dan pemarah. Tapi sejujurnya sikap ini menyudutkanku. Membaca tulisanmu, sungguh, membuatku merasa bersalah. Sesungguhnya aku sangat ingin membenarkan semuanya didepanmu langsung, tapi salah aku yang terlalu gengsi sejak dulu. Kau katakan dalam tulisanmu bahwa aku tidak mengerti, bahwa aku tidak tau pada perasaan itu. Kau salah, sayang. Aku mengetahui semuanya dan entah mengapa aku selalu saja bersikap seolah tidak tau dan tak mengerti. Aku sungguh mengerti perhatianmu, aku menyadari saat kau mengemis perhatianku, aku tau saat kau menahan rasa cemburumu, aku juga mengetahui detak jantungmu saat aku memelukmu.

Kamu berpikir hanya kamu yang terlalu memujaku dan kau salah lagi. Bukannya aku tidak  ingin melakukan hal yang sama sepertimu, aku hanya takut untuk memperlakukanmu lebih dari seorang sahabat. Aku sungguh takut kehilanganmu. Dan sangat tidak mudah untukku disaat aku harus menahan cemburu ketika melihatmu dirangkul teman-teman. Aku sungguh benci saat kau dikelilingi oleh pria lain selain aku. Aku mungkin terlalu egois, tapi sungguh sangat sulit untuk tampak biasa-biasa saja. Kamu menceritakan bagaimana perasaanmu saat aku memelukmu, menggenggam tanganmu, dan merangkulmu. Aku pun merasakan hal yang sama. Kamu beranggapan bahwa sikap itu lagi-lagi kau salah artikan. Entah bagaimana caranya untuk mengisyaratkan semua ini, entah bagaimana caranya untuk membuatmu yakin bahwa perasaanmu tidak salah. Karena aku ingin sikapku dapat meyakinkanmu tanpa harus dijelaskan secara langsung.

Aku tau kau sedang berusaha menahan tangismu saat kekasihmu meninggalkanmu begitu saja. Aku sungguh terluka melihatmu seperti itu. Aku berniat menghiburmu tetapi tidak sengaja terlontar kata-kata kasarku dan kau langsung menangis. Hatiku terasa lebih perih karena aku sungguh tidak bermaksud. Aku masih belum bisa mengontrol emosiku. Aku ingin meminta maaf tapi aku tidak sanggup melihat matamu. Lelaki mana yang sanggup melihat air mata seseorang yang dia cintai? Aku sungguh ingin menculikmu agar tidak ada yang menggangguku. Aku akan membawamu jauh dari sini dan bisa dengan bebas memelukmu dan mengatakan hal yang sejujurnya tanpa harus diisyaratkan lagi. Dan aku ingin menidurkanmu dipangkuanku agar aku bisa melihat wajahmu sepuasnya. Dan mengatakan semua yang ingin kau ketahui sejak lama.

Kau mungkin menyadari pelukan yang sejujurnya adalah bentuk rasa sayangku terhadapmu. Kamu mungkin merasakan napasku yang mulai memberat saat aku merenggangkan tanganku untuk melepasmu dari pelukanku. Ada banyak ungkapan yang seharusnya kukatakan padamu yang hanya dapat tersampaikan dalam pelukan yang hanya sekejap saja. Kamu mungkin saja berpikir bahwa pelukan ini hanya sebatas bercandaanku saja, kau tak tau bahwa hanya dengan pelukan itu aku bisa meyakinkanmu bahwa cintamu untukku tidak pernah salah. Kumohon percayalah padaku. Percayalah pada hatimu yang takkan mungkin pernah salah.

Kau ingat saat kita menonton film dirumahku? Kau bersandar dibahuku dan aku mencium kepalamu. Kau melihatku sambil tertawa dan aku hanya mengatakan bahwa itu tidak disengaja. Aku yakin kau percaya bahwa itu hanya ketidaksengajaan, dan sejak saat itu hingga kini kamu masih saja mempertanyakan cintaku. Seharusnya kau mengerti semua bahasa tubuhku, kau tau bahwa aku adalah orang yang sulit untuk mengungkapkan perasaanku. Ada banyak hal yang kulakukan yang selalu kau pertanyakan kebenarannya. Hanya begitu caraku untuk meyakinkanmu, lalu aku harus bagaimana untuk membuatmu tidak menyalahkan dirimu lagi? Aku lelah mencintaimu diam-diam seperti ini dan kuyakin kau pun sama lelahnya denganku. Hanya saja, aku mengetahui perasaanmu sedangkan kamu masih terus mempertanyakan kebenaran tentang perasaanku terhadapmu.

Aku tau kau sudah berusaha sangat keras untukku, dan bahkan perjuanganku pun sama kerasnya sepertimu. Aku menyadari seberapa kerasnya usahamu untukku, tapi apa kau pernah mengetahui berapa banyak usahaku? Berapa banyak aku menyakiti diriku sendiri hanya untuk membuatmu bahagia? Kamu tidak pernah memikirkan itu karena kamu memang tidak pernah tau mengenai perasaanku.
Dan aku mencintaimu begitu saja. Aku mencintai semua tentangmu, mencintai tubuh kecilmu, mencintai rambut indahmu, mencintai harum tubuhmu, mencintai sifat hangatmu, mencintai caramu memperhatikanku, caramu mengkhawatirkanku, mencintai tawa kerasmu, mencintai lekuk senyummu, mencintai caramu mengemis perhatianku, mencintai bibirmu saat kau diam, dan semua yang kau lakukan untukku, dan teman-teman yang lain.
Aku adalah pria yang sesungguhnya sangat mencintaimu, aku adalah pria bodoh karena selalu berpura-pura didepanmu, aku adalah pria yang sangat menyesal setelah membentakmu, aku adalah pria yang selalu berkhayal tentangmu sebelum aku tidur, aku adalah pria yang selalu menyakitimu. Dan kamu adalah wanita yang bisa merubahku, wanita yang selalu terlihat ceria, wanita kecil yang selalu menyambutku dengan hangat, wanita yang mampu membungkamku hanya dengan senyum, wanita yang selalu berusaha untukku, wanita yang mampu membuatku mencintai dengan hanya dengan hal-hal kecil yang kau miliki, wanita yang selalu bisa membuatku jatuh hati dengan kesederhanaanmu. Suatu saat aku akan benar-benar mengungkapkan semua ini padamu. Kamu akan terus menunggu waktu itu, kan, kecil?

               From Mr. K

Senin, 10 Oktober 2016

Happy Birthday, Kamu.

SELAMAT ULANG TAHUN, MR.K!

Maaf kalau aku tidak mengucapkan "Selamat Ulang Tahun" secara langsung untukmu. Aku hanya tidak ingin terlihat antusias, karena aku takut jika orang-orang tau aku mencintaimu. Dan maaf aku hanya bisa menulisnya disini karena tidak ingin mengganggumu. Hanya disini tempatku bisa bercerita sepuasnya, hanya disini aku bisa mengatakan cinta berulang kali tanpa pernah kau tau. Ya, hanya disini tempatku. Bukan dihidupmu.

Aku tidak berharap kamu mengingatku sebagai orang yang spesial dihidupmu. Karena aku tau aku tidak se-spesial itu untukmu. Aku tidak memintamu menganggapku sebagai sahabatmu. Karena aku tau kau hanya mengingatku ketika tidak ada orang lain yang membantumu. Aku tidak pernah mengharapkan posisi apapun untuk kau berikan padaku. Kurasa cukup untuk selalu bisa berdekatan denganmu, dan selalu ada saat kau butuh. Aku rela saat kau hanya datang ketika kau membutuhkanku. Aku tidak pernah mempermasalahkan ketika kau membentakku saat aku berusaha menenangkanmu. Aku selalu siap untuk merasakan kecemburuan saat kau menceritakan tentang orang yang kau suka padaku. Aku tidak pernah mempermasalahkan apapun yang selalu membuatku menangisimu.

Kamu mungkin tidak pernah tau bagaimana perasaanku saat kamu memelukku. Kamu mungkin juga tidak pernah tau apa usahaku untuk tetap membela dan memihakmu meskipun aku harus meninggalkan duniaku. Kamu mungkin tidak pernah mengetahui segalanya yang kulakukan yang kuharap bisa membuatmu bahagia. Aku tidak pernah tau apakah takdir akan berpihak padaku atau tidak. Dan aku hanya bisa melakukan yang terbaik untukmu. Kau tidak pernah berhenti membuatku berharap bahwa cinta yang kali ini tidak akan lagi bernasip sama dengan yang lainnya.

Aku akan selalu menunggu waktu saat kau datang padaku. Mengatakan bahwa kau sesungguhnya juga mencintaiku. Aku sungguh-sungguh berharap banyak padamu. Berharap bahwa cinta yang selama ini kupendam ternyata tidak sia-sia. Aku benar-benar mengharapkan suatu hari akan memperoleh hasil yang indah bersamamu. Bersamamu, semua sakitku pulih. Bersamamu, semua kepedihan ini pergi. Dan selamanya tidak akan ada yang mampu menyerupaimu hingga membuatku menjatuhkan hatiku terlalu dalam.

Semoga semua inginmu terwujud. Semoga kamu menjadi lebih dewasa dan menjadi pribadi yang lebih baik. Semoga kau bisa belajar untuk meredam emosimu yang mudah sekali tersulut itu. Semoga hangat tubuhmu masih kurasakan. Sungguh, aku sangat mencintai helaan napasmu yang memburu setiap kali kau memelukku. Semoga kamu tidak akan pernah berubah lagi. Semoga kamu tidak menghilang-hilang lagi. Semoga kau mengerti kecemburuanku yang sangat tidak wajar ini. Aku tidak berharap banyak, hanya semoga kau pun merasakan perasaan yang sama denganku. Meskipun kita mungkin tidak akan pernah saling memiliki. Menjadi satu-satunya wanita yang dekat denganmu sudah cukup bagiku. Meskipun kenyataannya, sebagai wanita, aku pun berharap lebih.

Sabtu, 01 Oktober 2016

Masih Untukmu...

Seminggu yang lalu. Ya, otakku masih berpikir kehari itu. Dimana dihari itu banyak hal-hal yang tidak terduga terjadi padaku. Salah satunya adalah kedekatan kita yang sama sekali tidak kusangka akan terjadi. Entah berapa kali kau menggenggam tanganku saat itu, entah berapa kali kupergoki matamu yang sedang menatapku, entah berapa kali kau merangkulku, entah berapa kali kau memeluk tubuhku.

Aku sungguh menginginkan hal seperti itu terus terjadi setiap kita bertemu. Aku ingin melihat matamu lebih dalam lagi. Aku ingin meyakinkan hatiku bahwa aku tidak salah mencintaimu. Aku ingin tau kebenaran dalam setiap tingkah lakumu. Aku ingin membuktikan bahwa cinta ini bukan hanya aku yang merasakannya. Aku tidak mengharapkan hal itu terucap dari bibirmu. Aku hanya menginginkan sedikit bukti lagi agar aku yakin. Agar aku mengerti setiap kecemburuanmu. Agar aku mengerti pada sikap perdulimu yang selalu kau sembunyikan.

Aku tidak tau berapa lama kau memelukku saat itu. Tapi aku sungguh merasakan jantung kita berdua berdegub sangat kencang. Mungkin kita berdua merasakan hal yang sama. Hanya saja posisi kita tidak mengizinkan kita untuk mengungkapkannya. Aku juga tidak mengerti mengapa waktu itu kau menggenggam tanganku sangat erat. Aku belum yakin dengan perasaanmu, tapi kurasa instingku cukup kuat untuk merasakannya. Aku sungguh nyaman dengan posisi kita saat ini. Aku masih terus ingin seperti ini. Aku sudah bahagia meskipun tanpa tau benar tentang perasaanmu. Kurasa ini cukup menyenangkan untuk dikenang setiap saat.

Andai saja waktu itu kau memelukku tanpa rasa canggung. Andai saja waktu itu teman-teman kita tidak mengganggu. Andai saja Tuhan mengizinkan kita kenal sebagai pasangan. Dan andai-andai lain yang terlalu banyak untuk diucapkan. Sungguh aku bahagia bisa merasakan pelukanmu. Aku masih ingat aroma tubuhmu itu. Sungguh aku ingin kau kembali memelukku, menghirup aroma tubuhmu hingga aku puas, bahkan merasakan setiap helaan napasmu.

Kau mungkin tidak tau bahwa namamu selalu menjadi penghuni buku harianku sejak setahun lalu. Catatan pertamaku tentangmu dibuku itu tertulis pada awal bulan ini. Bulan Oktober. Dimana sebentar lagi kamu akan berulang tahun. Berarti sudah setahun aku memendam perasaan ini padamu dan tidak berkurang sedikit pun. Perasaan ini masih sama seperti ketika aku pertama kali bercerita tentangmu dibuku itu. Dan kau belum tau tentang perasaan ini. Aku selalu tampak biasa saja didepanmu, meskipun sesungguhnya perasaan ini sangat sulit untuk dipendam. Tapi aku tetap bertahan. Aku takut saat kamu tau nanti, kamu akan menjauh.

Mungkin aku akan terus memendam ini jauh didalam hatiku. Tidak ada yang boleh tau mengenai aku dan perasaanku. Tidak. Tidak masalah jika dimata semua orang kita adalah seorang sahabat. Kedekatan ini mungkin lebih cocok untuk kita berdua. Kedekatan kita ini akan berakhir baik suatu saat. Pasti. Dan aku akan memendamnya selama mungkin. Dan jika setelah ini kita akan bertemu kembali, mungkin perasaan ini masih sama untukmu.




Minggu, 04 September 2016

Ketidakjelasan

Aku berjalan pelan dengan ditemani pohon-pohon sakura yang menggugurkan bunga-bunga indahnya. Ini adalah musim gugur kedua yang kulalui tanpamu. Tanpa tanganmu menggenggam tanganku lagi. Kau bilang musim gugur akan selalu terlihat indah. Ya, itu dulu. Ketika kita masih berjalan bersama diantara pohon-pohon sakura yang gugur itu. Sekarang rasanya berbeda, tanpamu musim gugur ini tidak seindah dulu lagi. Tanpamu, setiap helai bunga yang jatuh hanya akan membuat hatiku semakin terasa perih. Sebanyak bunga yang telah berguguran disini, mungkin sebanyak itulah air mata yang telah kujatuhkan untukmu.

Ada banyak hal yang belum sepenuhnya terucapkan padamu. Ada banyak kalimat yang tak tersampaikan padamu. Mengapa kita berakhir seburuk ini? Aku tidak bermasalah dengan hubungan kita yang tidak memiliki status ataupun kejelasan. Semuanya hanya mengalir apa adanya tanpa perlu diungkapkan. Aku pun tidak ingin menuntut semua itu. Tapi, mengapa kamu pergi dengan cara sesadis ini? Apa maksudnya genggaman dan pelukanmu selama ini? Aku memang tidak pernah bisa menebak maksudmu. Dengan sikap misteriusmu itu mampu membungkam mulutku. Aku hanya remaja berumur belasan tahun yang terlalu bodoh, mungkin, bagimu. Mungkin aku saja yang terlalu banyak berharap padamu selama ini dan membuatku buta akan status kita yang berdiri tanpa kejelasan.

 Aku hanya tak bisa melupakan bagaimana hangatnya pelukanmu itu. Kamu selalu bisa menenangkanku, matamu selalu memberikan keteduhan, dan aku merasakan ketulusan ketika kau tersenyum. Kau mungkin tak tau bagaimana usahaku agar tetap bisa menikmati tawamu yang sungguh sangat aku rindukan. Mengapa secepat ini kau merenggut kebahagiaanku yang seluruhnya sudah kupercayakan padamu? Kamu mengakhiri semuanya ketika aku benar-benar berada pada posisi sangat mencintaimu. Ya, aku sadar dengan posisiku yang hanya cinta sesaat bagimu.

Aku tidak punya hak untuk cemburu melihatmu bersamanya, aku tidak punya hak untuk menangisimu karena memang kita tidak ada. Aku yang telah salah mengartikan genggaman tanganmu, aku yang salah mengartikan pelukanmu itu. Benar, kita tak ada. Karena memang dari dulu kita hidup dalam ketidakjelasan. Kupikir kita memang tak pernah ada selama ini. Hanya aku yang terlalu berlebihan menyikapi tingkah yang kau anggap biasa saja. Perasaan ini ada, sama-sama merasa, hanya saja kita yang tidak ada. 

Senin, 08 Agustus 2016

Terlalu berlebihan, Mungkin.

Aku sungguh tidak mengerti dan merasa aneh pada sikapmu akhir-akhir ini. Apa maksud semua kata-katamu? Apa maksud dari rayuan-rayuanmu? Apa maksud setiap tatapanmu? Apa maksud dari asap rokok yang kau hembus kewajahku lalu menatapku lama setelahnya? Salahkah jika jantungku berdegup kencang setiap aku berada didekatmu? Mengapa setelah sekian lama saling mengenal, perasaan ini tiba-tiba tumbuh. Entah itu memang benar atau hanya karena aku terlalu berlebihan. Mungkin juga kamu hanya mempermainkanku karena kau tau gadis sepertiku sangat mudah untuk dipermainkan. Tapi salahkah?

Aku takut mencintaimu, takut salah berharap. Karena kamu memang terlalu tinggi untuk untuk digapai hanya dengan cinta. Karena kamu butuh lebih dari sekedar cinta. Hal ini sungguh menyebalkan bagiku, aku takut jika semua ini hanya kau anggap sebagai lelucon bagimu. Aku takut perasaan seperti ini lagi-lagi mengecewakanku. Karena aku tidak pernah tau jalan seperti apa yang ditakdirkan untukku, aku hanya takut perasaan seperti ini lagi-lagi bernasip sama seperti sebelum-sebelumnya.

Mengapa kamu datang saat aku dalam keadaan seperti ini? Mengapa semua ini hadir saat aku sedang tidak membutuhkannya? Aku lelah menjadi wanita lemah seperti ini. Aku sungguh takut jika saja kejadiannya sama saja dengan yang kemarin-kemarin. Aku takut jika kejadiannya terus berulang-ulang dalam hidupku. Mengapa baru hari ini kamu hadir dengan membawa perasaan baru ini untukku? Mengapa? Apa takdir belum lelah juga menghancurkan hati gadis malang sepertiku?

Apa kau sengaja datang padaku? Apa kau sengaja membuatku kembali merasakan hal yang sudah lama tidak datang menghampiriku? Apa kau sengaja membuat gadis yang kau sebut polos ini menjadi gadis dungu yang mudah untuk kau jadikan boneka. Kamu jauh diatasku, bahkan aku sangat tidak tepat untuk berdiri disampingmu sambil menggenggam erat tanganmu . Aku sangat takut untuk jatuh cinta lagi. Sungguh. Aku takut hal yang sama terus terjadi dalam hidupku. Aku takut jika  pada akhirnya memiliki akhir yang serupa lagi.

Tolonglah berhenti mempermainkan gadis sepertiku. Aku lelah, sungguh. Jika memang aku ditakdirkan untuk jatuh cinta pada orang setinggi kamu, aku ingin akhir yang baik dan membahagiakan untukku kali ini. Agar aku bisa percaya tidak semua harapanku sia-sia. Tolong hadirkan mimpi indah untukku. Denganmu. Walau benakku tersadar akan sesuatu, bahwa aku bukanlah yang pantas untukmu. Aku bukanlah orang yang pantas untuk memelukmu. Ya, aku sadar itu bukan tempatku, bukan dihatimu. Kamu terlalu megah untuk berdiri disamping orang yang sangat biasa sepertiku. Aku sadar pada semua itu. Mungkin aku akan belajar untuk tangguh pada semua sikap anehmu, akan menguncimu rapat-rapat disini. Aku tidak akan berharap banyak lagi padamu.

Meskipun tanpa kamu tau ini akan sangat sulit bagiku.

Jumat, 17 Juni 2016

Kembali....

Hai! Mengapa kembali lagi dihadapanku? Mengapa kau muncul kembali dipandanganku? Mengapa kau muncul kembali dipandanganku? Aku sungguh tak kuasa ketika melihatmu tadi malam. Tidak bisakah kau pergi dulu hingga perasaanku telah kering untukmu? Sungguh rasanya ingin pergi ketika kamu datang. Aku sangat ingin menjauh kesuatu tempat yang takkan mungkin untuk kau datangi. Kamu bahkan tidak lagi menyapaku atau sekedar melemparkan senyum manismu, seperti yang dulu sering kau lakukan. Aku tak mengenalmu lagi, pada kamu yang saat ini. Kau telah merubah semua hal yang dulu sangat kusukai darimu.

Bodoh! Mengapa aku mengharapkan sapaanmu seperti dulu? Bukankah aku ingin kau pergi menjauh dari hidupku? Aku sangat sadar dengan posisi kita saat ini, tapi aku juga sungguh tak suka dengan kecanggungan-kecanggungan yang terjadi diantara kita. Itu sangat mengganggu ketika kita berada ditempat yang sama. Ketika seharusnya kita ikut tertawa bersama yang lainnya, tapi sebaliknya kita malah menyibukkan diri dengan hal-hal yang gak penting.

Kumohon, Pergilah! Jika hadirmu hanya akan membuat lukaku semakin perih. Jangan menyiksaku dengan kecanggungan ini. Jangan menyiksaku dengan sikap saling tidak mengenal ini. Bahkan sekelebat bayanganmu dapan membuatku hancur seketika. Aku sudah mulai bisa menganggapmu sebagai kelebatan masa lalu yang telah berakhir. Tapi lalu kau muncul lagi hingga membuatku tersadar kembali pada lukaku yang sudah hampir sembuh. Apa tujuanmu? Untuk membunuhku dengan kenangan yang telah lama hilang?

Aku lelah! Mengapa selalu seperti ini ketika kita lagi-lagi bertemu? Tidak cukup kuatkah aku untuk menyangkal perasaanku? Mengapa kau menghadirkan kembali rasa yang telah kusimpan rapat-rapat? Aku benci ini. Ingin rasanya membunuh perasaan yang telah kembali merenggut semua mimpi-mimpiku ini. Aku lelah terus seperti ini ketika semua yang seharusnya sudah berakhir menjadi pertanyaan-pertanyaan yang masih menggantung.

Kau bahkan tak mengizinkanku untuk menyembuhkan lukaku dulu. Kau selalu saja menghilang dan kembali datang ketika lukaku hampir sembuh. Aku sungguh tak mengerti lagi padamu saat ini. Aku sungguh tak mengenalmu lagi. Aku tau bahwa kamu terlihat tak seceria dulu, matamu terlihat sendu, senyummu hanya sekedar saja, dan tawamu pun tak selebar dulu. Bahkan kamu sedikit sekali berbicara. Kamu tidak seperti dulu, tidak sama lagi.

Kumohon, izinkan aku untuk sembuhkan rasa sakitku dulu. Jangan datang jika hanya untuk pergi meninggalku. Jangan kembali jika hanya menganggapku seolah tidak ada. Jangan hadir dengan sikap dingin itu lagi, aku sungguh tidak menyukainya. Kumohon, jangan membuatku terus merajut mimpi-mimpi yang kuperuntukkan untukmu. Kumohon, hentikan. Jangan menyiksaku lebih dalam lagi. Jangan biarkan semua tentangmu hadir dalam hidupku lagi meskipun hanya kelebatan-kelebatan saja.


Jumat, 27 Mei 2016

Meski Tanpa Perkenalan

Kamu ingat, kan, saat pertama kali kita berdekatan? Meskipun tanpa kamu memperkenalkan namamu, meskipun tanpa kamu menjabat tanganku, meskipun kamu hanya memanggilku dengan sebutan kakak setiap harinya. Aku sudah bahagia dengan posisi ini, meskipun sejujurnya aku pun tidak tahan ketika kamu memegang tangan putih itu didepan pintu kelas. Ya, pertemuan kita hanya antara sesama siswa. Tapi, apakah salah jika aku menuntut harapan lebih untukmu? Aku tau kita berdua sudah memiliki kekasih masing-masing. 
Tapi, apakah rasa nyamanku ini salah?

Mungkin besok adalah hari terakhir kita duduk bersama. Mungkin besok adalah hari terakhir dimana kita bisa duduk sedekat itu hingga lengan kita sering bertemu. Aku hanya tak bisa melupakan setiap kenangan-kenangan yang terjadi disini. Ya, salahku, karena aku melewati batasanku. Aku duduk bersamamu sedangkan pacarmu duduk bersama pacarku. Ya, hanya sebatas kelas ujian. Dan ini akan segera berakhir. Tak dapat kusangkal perasaan nyaman yang hadir dalam tempo hari kurang dari seminggu ini. Salahkah?

Aku pasti akan merindukan kedekatan kita. Rindu pada hal-hal yang kau lakukan. Taukah kau bahwa setiap hari aku terus memperhatikan caramu menjawab soal-soal ujian itu. Aku mulai hafal keluhan dan wajah menyerahmu. Aku akan terus mengingat caramu merayuku untuk membantumu menjawab soal-soal itu. Hanya aku yang berlebihan disini, aku yang berlebihan karena mengharapkanmu. Harusnya aku sadar dari awal bahwa kedekatan kita hanya antara kakak dan adik kelas. Harusnya perasaan ini pergi jauh dariku. 

Hatiku sangat sakit ketika melihatmu dan wanita itu bergandengan, dan saat kamu memegang tangan itu didepan pintu kelas. Wajahmu memancarkan kasih sayang ketika jemari putih itu kau genggam. Aku masih tak mengerti kenapa perasaan ini ada? Mengapa perasaan ini tiba-tiba hadir dalam waktu yang sangat cepat? Harusnya kita tidak ada, seharusnya tempat dudukku ini miliknya, bukan aku. 

Mengapa aku diberikan perasaan yang sama sekali tak kuinginkan? Aku hanya ingin hidup dengan duniaku yang seharusnya. Aku sungguh tak ingin terjebak cinta semu ini. Sungguh. Jika keadaan ini yang terjadi, mengapa kita diperkenalkan? Aku tak menginginkan ini lagi. Mengapa hal ini menjangkitiku dan menyiksaku? Tidak tenang rasanya menjadi tokoh figuran dalam kisah cintamu dan dia. Ini bukan skenario yang bisa dengan mudah diganti endingnya, bukan naskah drama yang bisa ditentukan akhirnya. 

Baiklah, semua ini akan segera berakhir. Aku akan berjalan kedepan menikmati hidupku bersama orang yang nyata. Tidak akan lagi terkungkung dalam kisahmu. Aku tak pantas untuk itu. Sekarang aku paham posisiku, paham akan dunia yang pantas untukku, dan berusaha memahami kenyataan untukku. Aku hanya tidak ingin hal ini terjadi untuk yang kesekian kalinya lagi nanti. Aku tidak akan pernah terjebak lagi. Tidak!

Semuanya berakhir. Tak ada lagi orang yang merayuku untuk membantu mengerjakan soal ujian, tak ada lagi senyum dengan lesung pipi yang tidak terlalu dalam itu, tidak ada lagi rasa cemburu ketika melihatmu bersamanya, tidak ada lagi lengan kita  yang bersentuhan saat mengerjakan soal-soal itu.