Minggu, 04 September 2016

Ketidakjelasan

Aku berjalan pelan dengan ditemani pohon-pohon sakura yang menggugurkan bunga-bunga indahnya. Ini adalah musim gugur kedua yang kulalui tanpamu. Tanpa tanganmu menggenggam tanganku lagi. Kau bilang musim gugur akan selalu terlihat indah. Ya, itu dulu. Ketika kita masih berjalan bersama diantara pohon-pohon sakura yang gugur itu. Sekarang rasanya berbeda, tanpamu musim gugur ini tidak seindah dulu lagi. Tanpamu, setiap helai bunga yang jatuh hanya akan membuat hatiku semakin terasa perih. Sebanyak bunga yang telah berguguran disini, mungkin sebanyak itulah air mata yang telah kujatuhkan untukmu.

Ada banyak hal yang belum sepenuhnya terucapkan padamu. Ada banyak kalimat yang tak tersampaikan padamu. Mengapa kita berakhir seburuk ini? Aku tidak bermasalah dengan hubungan kita yang tidak memiliki status ataupun kejelasan. Semuanya hanya mengalir apa adanya tanpa perlu diungkapkan. Aku pun tidak ingin menuntut semua itu. Tapi, mengapa kamu pergi dengan cara sesadis ini? Apa maksudnya genggaman dan pelukanmu selama ini? Aku memang tidak pernah bisa menebak maksudmu. Dengan sikap misteriusmu itu mampu membungkam mulutku. Aku hanya remaja berumur belasan tahun yang terlalu bodoh, mungkin, bagimu. Mungkin aku saja yang terlalu banyak berharap padamu selama ini dan membuatku buta akan status kita yang berdiri tanpa kejelasan.

 Aku hanya tak bisa melupakan bagaimana hangatnya pelukanmu itu. Kamu selalu bisa menenangkanku, matamu selalu memberikan keteduhan, dan aku merasakan ketulusan ketika kau tersenyum. Kau mungkin tak tau bagaimana usahaku agar tetap bisa menikmati tawamu yang sungguh sangat aku rindukan. Mengapa secepat ini kau merenggut kebahagiaanku yang seluruhnya sudah kupercayakan padamu? Kamu mengakhiri semuanya ketika aku benar-benar berada pada posisi sangat mencintaimu. Ya, aku sadar dengan posisiku yang hanya cinta sesaat bagimu.

Aku tidak punya hak untuk cemburu melihatmu bersamanya, aku tidak punya hak untuk menangisimu karena memang kita tidak ada. Aku yang telah salah mengartikan genggaman tanganmu, aku yang salah mengartikan pelukanmu itu. Benar, kita tak ada. Karena memang dari dulu kita hidup dalam ketidakjelasan. Kupikir kita memang tak pernah ada selama ini. Hanya aku yang terlalu berlebihan menyikapi tingkah yang kau anggap biasa saja. Perasaan ini ada, sama-sama merasa, hanya saja kita yang tidak ada. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar